K@tegori

Jumat, 29 Maret 2013

Momen Penting di Hari Jumat



Hari Jumat, 29 Maret 2013 merupakan momen penting didalam hidup saya, karena genaplah Tiga Tahun saya bekerja di PT. Permata Lestari Utama. Sebuah perjalanan karir yang masih relatif pendek , tapi mengandung tingkat resiko pekerjaan yang sangat berat.

Pertama kali saya diterima bekerja di Perusahaan itu adalah bagian administrasi gudang, tugas utama pekerjaan ini yaitu menghitung semen yang masuk dan keluar dari gudang. Api apa di kata saya tak bertahan lama ditempat itu, karena saya tak tahan dengan abu semen apalagi saya punya penyakit Dyspnea (Sesak Napas). Seteleh itu saya pindah dibagian Sales dan Marketing, posisi ini saya tempati selama Satu Tahun. Selama Satu Tahun itu pula saya sudah mengenal setiap karakter pemilik Toko Bahan Bangunan di Kota Palu. Ada yang kalem, tegas, suka curhat, dan ada yang paling rese jika minta semennya ke kita.

Sesudah itu saya pindah ke administrsi penjualan hingga saat sekarang, betah kerja di posisi ini ytidak perlu keluar kantor. 

Momen yang paling berharga lainnya ialah tepat hari ini adalah JUMAT AGUNG atau wafatnya Tuhan Yesus Kristus.

Inti dari Perayaan Jumat Agung ini adalah kasih Allah dalam kelahiran, hidup, karya, kematian, dan berpuncak pada kebangkitan Yesus Kristus. Ini memikat, namun mengandung konsekuensi langsung bagi mereka yang beriman kepada Kristus! Bila karena Kristus kita menderita, itu suatu tanda persekutuan yang erat antara kita dan Kristus, yang telah menderita bagi kita. Kita dan Kristus menjadi satu dalam penderitaan! Muara dari penyatuan ini bukanlah kesedihan, melainkan kejayaan bagi Allah. Sebab, kita menderita bukan karena hidup secara konyol, melainkan karena kita hendak menyatakan iman di tengah dunia yang keras dan tidak bersahabat.

Apakah hari ini Anda menderita karena iman Anda? Bersyukurlah bila demikian, sebab ketika Anda menderita, Kristus yang terlebih dahulu menderita bagi Anda akan menguatkan dan meneguhkan Anda di tengah panasnya gurun dunia. Salib Kristus akan mengantar Anda menuju kebangkitan-Nya. Apakah lagi hal yang lebih indah dari hal ini?

Kami senantiasa membawa kematian Kristus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. (2 Korintus 4:10)

Selamat Merayakan Jumat Agung . .Tuhan Yesus memberkati kita semua disepanjang hidup kita. Amin

Selasa, 26 Maret 2013

CURHAT Sang Dokter Untuk Indonesia



Profesi seorang Dokter selalu disorot. Selain berita positif, sering ada berita-berita mengenai ketidakbecusan Dokter dalam menangani pasien, pasien yang melapor karena menjadi korban “malpraktek”, Rumah Sakit yang dikatakan menolak pasien dan pada akhirnya akan ditarik kesimpulan pukul rata: ORANG MISKIN TAK BOLEH SAKIT. Jadi, bagaimanakah sebenarnya perjalanan seseorang hingga dapat menjadi penyembuh yang tidak boleh salah itu?

Adalah seorang kebanggaan menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) yang terpandang dan untuk masuk harus menyisihkan ribuan pendaftar. Apakah benar masuk selalu mahal sehingga ditebus denan menarik biaya tinggi ke pasien setelah lulus? Tidak sepenuhnya benar. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga angkatan 2010 yang lulus lewat jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Nasional (SNMPTN) cukup membayar uang masuk Rp. 1.032.500,- (331,14 Ringgit Malaysia) dan SPP Rp. 1.250.000,- (400,90 Ringgit Malaysia) setiap semester.

Selepas euforia diterima di Fakultas Kedokteran, mulailah seorang mahasiswa kedokteran mempelajari ilmu-ilmu dasar sebagai landasan mempelajari penyakit dan pengobatan. Begitu banyak yang harus dilalui, mulai menahan bau formalin saat pratikum pembedahan cadaver (Mayat), merelakan diri untuk saling berlatih mengambil dan memeriksa darah, urine (Kencing) serta feces (Kotoran Manusia) dan kewajiban mengerti buku Kedokteran yang tebalnya ribuan halaman. Para Dosen, Dokter dan Profesor yang rela mau meluangkan waktu untuk mengajar mahasiswa mulai tingkat paling bawah. 

Beberapa gugur, yang bertahan. Singkat kata, Tiga Setengah Tahun terlewati dan luluslah dari Fakultas Kedokteran. Apakh sudah selesai? Beum, perjuangan justru baru dimulai. Dengan gelar Sarjana Kedokteran ditangan, para calon Dokter mulai bertugas di Rumah Sakit sebagai Dokter Muda (DM) atau lazim disebut co-ass. Serang co-ass bekerja magang di Rumah Sakit untuk menangani pasien dibawah pengawasan Dokter-Dokter lain yang sudah senior sehingga tidak benar apabia dikatakan pasien menjadi kelinci percobaan.

Apabila melakukan kesalahan sedikit saja, dokter muda tidak luput dari sanksi. Seorang Dokter Muda diwajibkan berada di Rumah Sakit setiap hari, tidak peduli Minggu atau Hari Raya, juga menjalani jadwal jaga. Jaga disini berarti tinggal di Rumah Sakit dan membantu merawat pasien di Bangsal semalaman suntuk, sering tanpa tidur. Setelah itu dilanjutkan dengan mengikuti laporan mengenai kondisi pasien pagi-pagi benar dan bertugas lagi hingga sorenya. Boleh dikatakan hidup seorang Dokter Muda adalah di Rumah Sakit dengan jam kerja yang sangat panjang, apalagi seperti di RSUD dr. Soetomo yang menerima ribuan pasien setiap hari sebagai rujukan Indonesia Timur. Dokter Muda itu harus menjalani Dua Tahun dengan tetap membayar uang kuliah. Semua itu bagian dari pendidikan profesi yang harus dijalani sebelum layak menyandang gelar “dr” didepan nama. Selesai menjalani Dokter Muda, para calon Dokter tersebut dihadapkan kepada Ujian Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) yang meliputi ujian tulis dan Praktek. Apabila lulus, resmilah dia menjadi seorang DOKTER. Disini keprihatinan berlanjut, Dokter itu harus menjalani internship atau program penempatan ke Rumah Sakit tipe C dan Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) di Kota-Kota terpencil selama setahun. Bukan penempatannya yang menjadi masalah. Namun, selama menjalani internship, Dokter itu tidak boleh terlebih dahulu berpraktek sendiri. Mereka bekerja di Rumah Sakit dengan gaji yang dipukul rata, yaitu Rp. 1.250.000,- (400,90 Ringgit Malaysia) dan dibayarkan setiap Tiga Bulan (UMR buruh lebih tinggi, bukan)?

Masih dengan jam kerja yang panjang dan tidak menentu ditambah tanggung jawab kepada pasien. Para Dokter itu harus menanggung biaya hidup di “Kota Asing”. Selepas internship, seorang dokter dianggap cukup memumpuni untuk berparaktek sendiri dan ada beberapa pilihan. Salah satu diantaranya, menjalani PTT di Daerah-Daerah terpencil atau menjalani pendidikan Dokter Spesialis. Meskipun ada begitu banyak daerah terpencil diseluruh Indonesia yang masih kekurangan dokter, terpilih menjadi Dokter PTT tidaklah mudah dikarenakan terbatasnya kuota. Kalau memilih menjadi Dokter Spesialis, hampir seluruhnya harus dijalani tanpa gaji dengan lama pendidikan bervariasi, 3-6 Tahun. Tanggung jawab dan beban kerja seorang calon Spesialis juga jauh lebih berat lagi daripada seorang Dokter Muda atau Dokter Internship.
Tulisan ini bukan dimaksudkan untuk mengeluh atau ingin disanjung. Tapi, mengingatkan bahwa seorang Dokter tidak dapat bekerja sendiri. Untuk menciptakan sistem kesahatan yang baik dibutuhkan juga sarana yang memadai. Janganlah dengan kapasitas Rumah Sakit yang terbatas semua pasien miskin  boleh berobat gratis dan Rumah Sakit tidak boleh menolak pasien. Lalu, apabila ada yang terpaksa sekali tidak terlayani dengan maksimal, itu semata-mata menjadi kesalahan Dokter dan Rumah Sakit. Dokter membutuhkan rasa aman dalam bekerja dan akan sulit tercapai apabila dalam melakukan tindakan selalu dibayang-bayangi ancaman tuntutan. Kadang memang ada efek yang tidak diharapkan.

Meskipun begitu di kala para buruh berunjuk rasa menuntut kenaikan UMR, apakah pernah kita dengar para Dokter protes karena kenaikan gaji yang tidak memadai, pemberitaan yang tak berimbang atau beban kerja yang terlalu berat? Hargailah perjuangan para Dokter yang rela bertugas  di Daerah terpencil samapai tertular penyakit dan menjadi korban konflik. Dengarkanlah suara para Dokter di tengah gencarnya program kesehatan pemerintah. Bagaimanapun, Dokter akan selalu melayani. Sebab, semuanya sudah terucap dalam Sumpah di bawah Kitab Suci: “SAYA AKAN SENANTIASA MENGUTAMAKAN KESEHATAN PENDERITA”.

Sumber: dr. Olivia Listiowati Prawoto (dr.olivia.lp@gmail.com) serta Koran Radar Sulteng (Jawa Pos Group) Edisi Senin, 25 Maret 2013

Sabtu, 23 Maret 2013

Oleh-Oleh Khas Dari Kota Palu


Tak sengaja saya membuka google untuk mencari Sahabat Blogger Wilayah Palu, saya mendapatkan situs usaha kecil Bawang Goreng Garuda Jaya milik Bapak Hadi Suwarno yang ada  di belakang rumahku dan Blog Bawang Goreng Sri Rejeki milik kawan saya semasa sekolah “Ari Sandi alias Ari Abont”.

 Bawang Goreng Kota Palu menjadi salah satu oleh-oleh WAJIB bagi yang berkunjung di kota ini. Aroma dan renyahnya bawang goreng ini sangat berbeda dari bawang goreng ada dimanapun. 


Masih teringat saya sewaktu kuliah, saat meyelesaikan pendidikan S1 Ekonomi yang judulnya “Elastisitas Produksi Pada Komoditi Bawang Goreng di Kota Palu”. Mengambil  sebanyak 18 Perusahaan yang tersebar di Kota Palu pada tahun 2008 serta membutuhkan selama 8 Bulan untuk merampungkan tulisan (skripsi).

Sebenarnya UMKM Bawang Goreng dan petani ini perlu mendapat perhatian serius dari Pemerinah setempat, berupa Insentif  dan pelatihan di BPTP Sulawesi Tengah. Hal ini perlu agar ketersediaan stok bahan mentah selalu aman. Apalagi harga bawang di pasaran meroketnya minta ampun.

Apa Maskot Daerahmu



Ada begitu banyak patung dan monumen di DKI Jakarta seperti Patung Pancoran, Patung Panglima Besar Sudirman, Patung Selamat datang di Bundaran Hotel Indonesia dan masih banyak lagi. Tapi, siapa yang tahu apa maskot Kota DKI Jakarta? Kebanyakan orang pasti menjawab MONAS dan atau Ondel-Ondel, tapi jawaban itu SALAH BESAR. Saya baru menyadari pada saat menonton acara WIDESHOT di Metro TV. Sebagian orang tak akan menduga jika maskot utama Pemprov DKI Jakarta terdapat di daerah Jakarta Timur tepatnya di wilayah Condet. Adalah Patung Burung Elang Bondol yang sedang mengcengkeram Buah Salak Condet. 

Elang Bondol Sedang Mencengkeram Bauh Salak


Elang Bondol kadang disebut juga sebagai Lang Lang Merah atau Elang Tembikar. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan Brahminy Kite atau Red-backed Sea-eagle. Sedangkan nama ilmiah hewan ini adalah Haliastur indus yang bersinonim dengan Falco indus. Sedangkan Salak Condet memiliki nama ilmiahnya yaitu (Salacca zalacca).
Salak Condet


Di Indonesia sendiri Elang Bondol termasuk satwa yang dilindungi dan terdaftar dalam lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999. Selain itu Elang Bondol ditetapkan sebagai Fauna Identitas(Maskot) Provinsi DKI Jakarta mendampingi Salak Condet (Flora Identitas) berdasarkan Keputusan Gubernur No 1796 Tahun 1989. Terakhir, burung pemangsa ini juga dijadikan logo Bus Transjakarta.

Sungguh miris dan ironinya kawasan cagar budaya tersebut. Lahan Buah Salak Condet mulai tergerus oleh pembangunan Mal, Apartemen, Perumahan Elite, Kawasan Bisnis dan Kawasan Hiburan. Segala bentuk pembangunan untuk mensejahterakan tidaklah salah tapi perlu ada keseimbangan dengan Kawasan Cagar Budaya agar tetap terpelihara untuk generasi mendatang. BANGSA YANG BESAR ADALAH BANGSA YANG MENGHARGAI BUDAYA LUHURNYA.

Sama halnya di Kota Palu ada bebeapa patung seperti Patung Kuda dijalan Lasoso dan diperempatan Jalan Raden Saleh serta monumen di titik nol kilometer Kota Palu. Tapi kesemuanya tak mecirikan sebagai ikon serta budaya Kota Palu yang sebenarnya, tapi yang ada adalah nilai komersialisasi.
Titik Nol Kilometer Kota Palu

Patung Kuda di Jalan Raden Saleh
 
Ini bisa menjadi bentuk pelajaran beharga bagi semua pihak. Apa maskot utama daerahmu?

Rabu, 20 Maret 2013

Balada Kisah Harga Bawang


Dalam seminggu ini berita utama disetiap media apa itu media cetak, online dan lain sebagainya tema yang beritakan adalah kenaikan harga sejumlah barang khususnya Bawang Putih. Gara-gara kenaikan Bawang Putih dirumah tanteku ngoooooomel terus hanya karena Bawang yang satu ini. Dipasar Mosomba(pasar tradisional di Kota Palu) saja Bawang ini naik tiga kali lipat dari harga sebelumnya. Saat ini Bawang Putih jatuh di harga Rp. 58.000,- per kilonya. Hal ini cukup menggigit arus kas rumah yang sudah dirangcang sebulan sebelumnya. Apalagi tanteku dirumah doyan masak dan tak pernah menggunakan bumbu penyedap rasa. Untuk menjaga agar makanan tak cepat basi maka tante harus memperbanyak bahan bumbu. 

Jika orang dirumah tahu atau mempunyai basic  tentang cara menanam bawang yang baik maka hal satu ini tak perlu menjadi topik pembicaraan  utama. Tapi pada dasarnya kita memang buta jadi yahhh pasrahkan saja pada Tuhan.

Dalam masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyano (Pak SBY) ada beberapa komoditas dapur yang hampir membuat kursi Pak SBY goyang. Pertama kenaikan harga Cabe yang pernah mencapai titik klimaks yaitu Rp. 92.000,- per kilonya. Karena cabe akhirnya disamping rumah masih ada tanah yang nganggur maka ditanamlah cabe sebanyak-banyaknya. Dan masalah satu ini dapat teratasi. Tante bisa bernapas lega. Tahun 2012 lalu memang kepalaku dibuat puyeng gara-gara Harga Daging Sapi mencapai Rp. 110.000,- per kilonya. Memang barang ini membuat satu rumah tak pernah akur, ribuuut tidak pagi, siang, malam, besok, lusa. Apalagi sewaktu hari raya Idul Adha, acara syukuran dan acara lainnya. Dan sekarang giliran Bawang Putih lagi bermain harga. Nggak tahu setelah Bawang Putih komoditi apalagi yang naik. Di tunggu saja tanggal mainnya.

Baca Selengkapnya...