K@tegori

Sabtu, 14 Desember 2013

HARI NUSANTARA TAHUN 2013 di KOTA PALU (TANAH TO KAILI)




Hari ini ada event besar di Kota Palu. Event Puncak Nasional Hari Nusantara Tahun 2013 dianjungan Pantai Talise. Tema yang diangkat untuk acara ini adalah “Setinggi Langit Sedalam Samudera, Potensi Pariwisata dan Kreativitas Nusantara yang Tak Terhingga”. Tema ini mendeskripsikan kekayaan dan keberagaman potensi sumber daya bahari Indonesia yang memberikan manfaat tak terhingga, baik dari aspek ekonomi, sosial, maupun budaya. Selain itu, tema Hari Nusantara tahun ini dimaksudkan untuk memotivasi masyarakat untuk menggali dan menggerakkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif guna membangun masa depan bangsa. Ada banyak kegiatan mewarnai perayaan Hari Nusantara tahun ini, diantaranya adalah atraksi wisata, seminar nasional dan bincang tentang laut, gelar seni budaya, pameran produk, tarian, serta musik dengan tema bahari.

Kegiatan yang dimulai dari tanggal 11 Desember 2013 sampai dengan 15 Desember 2013 diperingati untuk mengenang Deklarasi Djuanda. 

Deklarasi Djuanda yang dicetuskan pada tanggal 13 Desember 1957 oleh Perdana Menteri Indonesia pada saat itu, Djuanda Kartawidjaja, adalah deklarasi yang menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI.

Sebelum deklarasi Djuanda, wilayah negara Republik Indonesia mengacu pada Ordonansi Hindia Belanda 1939, yaitu Teritoriale Zeeën en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO 1939). Dalam peraturan zaman Hindia Belanda ini, pulau-pulau di wilayah Nusantara dipisahkan oleh laut di sekelilingnya dan setiap pulau hanya mempunyai laut di sekeliling sejauh 3 mil dari garis pantai. Ini berarti kapal asing boleh dengan bebas melayari laut yang memisahkan pulau-pulau tersebut.

Deklarasi Djuanda menyatakan bahwa Indonesia menganut prinsip-prinsip negara kepulauan (Archipelagic State) yang pada saat itu mendapat pertentangan besar dari beberapa negara, sehingga laut-laut antarpulau pun merupakan wilayah Republik Indonesia dan bukan kawasan bebas. Deklarasi Djuanda selanjutnya diresmikan menjadi UU No.4/PRP/1960 tentang Perairan Indonesia. Akibatnya luas wilayah Republik Indonesia berganda 2,5 kali lipat dari 2.027.087 km² menjadi 5.193.250 km² dengan pengecualian Irian Jaya yang walaupun wilayah Indonesia tapi waktu itu belum diakui secara internasional.
Berdasarkan perhitungan 196 garis batas lurus (straight baselines) dari titik pulau terluar ( kecuali Irian Jaya ), terciptalah garis maya batas mengelilingi RI sepanjang 8.069,8 mil laut
Setelah melalui perjuangan yang penjang, deklarasi ini pada tahun 1982 akhirnya dapat diterima dan ditetapkan dalam konvensi hukum laut PBB ke-III Tahun 1982 (United Nations Convention On The Law of The Sea/UNCLOS 1982). Selanjutnya delarasi ini dipertegas kembali dengan UU Nomor 17 Tahun 1985 tentang pengesahan UNCLOS 1982 bahwa Indonesia adalah negara kepulauan.

Pada tahun 1999, Presiden Abdurrahman Wahid mencanangkan tanggal 13 Desember sebagai Hari Nusantara. Penetapan hari ini dipertegas oleh Presiden Megawati dengan menerbitkan Keputusan Presiden RI Nomor 126 Tahun 2001 tentang Hari Nusantara, sehingga tanggal 13 Desember resmi menjadi hari perayaan nasional tidak libur.

Ada hal yang menarik selama Hari Nusantara berlangsung yaitu Demonstrasi Sailing Pass dan Terjun Payung siap menyemarakkan puncak peringatan Hari Nusantara (Harnus) 2013 yang akan berlangsung di Anjungan Pantai Talise, Palu, Sulawesi Tengah, pada 15 Desember 2013. Kesiapan tersebut telah dibuktikan oleh para pelaku maupun segenap panitia saat melakukan gladi kotor serangkaian kegiatan Sailing Pass dan Terjun Payung.

KRI Surabaya-591

Gladi yang mampu menyedot perhatian dan menjadi tontonan khusus para pelajar serta masyarakat sekitar itu berjalan lancar sesuai dengan program yang sudah disepakati bersama antara panitia dengan para pelaku.
Unsur-unsur kapal perang yang terlibat dalam gladi kotor Sailing Pass terdiri dari 12 unsur, yakni: 1 unit kapal kelas Van Speijk (VS), 1 unit kelas Sigma, 1 Landing Platform Dock (LPD), 2 Kapal Cepat Rudal (KCR), 5 Fast Patrol Boat (FPB), dan 2 Patroli Cepat (PC).

Adapun nama-nama kapalnya adalah: KRI Abdul Halim Perdanakusuma (AHP)-355, KRI Sultan Hasanuddin (SHN)-366, KRI Surabaya (SBY)-591, KRI Rencong (RCG)-622, KRI Keris (KRS)-624, KRI Ajak (AJK)-653, KRI Hiu-804, KRI Kakap-811, KRI Pandrong (PDG)-801, KRI Kerapu (KRP)-812, KRI Birang (BRG)-813, dan KRI Suluh Pari (SLP)-809.

Aktraksi Terjun Payung yang mendarat di anjungan Pantai Talise

Selain Sailing Pass, gladi juga diikuti dengan atraksi terjun payung Free Fall oleh 14 penerjun pilihan dari Batalyon Intai Amfibi-1 Korps Marinir TNI Angkatan Laut yang mendarat di atas geladak KRI Surabaya-591 yang sedang melaju di Perairan Teluk Palu dalam rangka ambil bagian pada ajang unjuk keterampilan di hari yang cukup bersejarah ini.

Pameran Nusantara Expo 2013
 Selain Itu pameran yang diadakan dalam halaman TVRI Sulawesi Tengah juga  nyaris tak pernah luput dari kerumunan pengunjung tersebut juga menyediakan sejumlah cindera mata

Sabtu, 08 Juni 2013

Menengok Asal Mula Batu Kapur (Limestone)



Batu Kapur bahan dasar untuk membuat Semen


Batu Kapur atau calcium carbonate (CaCO3) terbentuk lebih dari dari 30 sampai 500 Juta Tahun yang lalu, yang berasal dari kerang, karang, ikan purba dan kalsium yang mengendap dari dasar laut membentuk lapisan dari batuan kapur.

Tekanan dan panas dari Bumi selama Jutaan Tahun dapat memadatkan dan mengkristalkan hal diatas menjadi batuan kapur, dimana tekanan yang lebih ekstrim akan membatuk marmer.

Batuan kapur (Limestone) dapat berubah menjadi “kapur reaktif” apabila mendapatkan pemanasan sampai 900C, yang apabila dicampur dengan air membentuk reaksi kimia menjadi Calcium Hidrokside (Ca(OH)2) an apabila mengering akan kembali ke bentuk batu aslinya.

Penggunaan kapur ini pertama kali ditemukan lebih dari 7.000 Tahun yang lalu untuk membuat patung-patung dan selain itu digunakan untuk memperhalus dinding bangunan mereka. Orang Mesir lebih dari 4.500 Tahun yang lalu menggunakan kapur mortar plester dinding dalam Piramida dan juga gedung-gedung mereka.
Bangsa Yunani dan Romawi mengembangkan penggunaan kapur sebagai mortar pasangan bata serta plester pada proses finishing dinding mereka. Kemajuan terbesar mereka dalam konstruksi ketika mereka menemukan cara untuk membuat beton. Mereka masih belum menemukan semen modern tapi dengan menggabungkan kapur dan pasir pozzolanic dari gunung Vesuvius dan batu marmer mereka mampu menciptakan “Beton Romawi” dan struktur yang mereka buat bertahan lebih dari 2.200 Tahun.

“The great arches of the Aqueducts” sangat akurat dan kuat dengan menggunakan “beton Romawi” dan kapur internal yang membawa air dengan gravitasi ke Roma dan kota lain.

The Pantheon di Roma dibangun pada Tahun 126 dengan luas 43m. Telah selamat dari gempa bumi, cuaca dan perang berkat sistem “Beton Romawi”. Struktur yang luar biasa bahkan untuk jaman sekarang.
 Bangsa Romawi membangun jalan dan struktur hebat lainnya seperti Coliseum yang masih ada saat ini menggunakan “Beton Romawi”. Sayangnya budaya baik itu tidak dilanjutkan oleh Pemerintah yang mengambil alih, setelah jatuhnya kekaisaran Romawi karena tidak memiliki keterampilan teknik yang sama.
Selama lebih dari 1.000 Tahun tidak ada perkembangan rekayasa dan bangunan yang signifikan setelah zaman Romawi.

Banyak budaya memiliki sejarah dalm hal penggunaan kapur untuk pasangan bata dan plester, seperti Mezquita di Spanyol, The great Wall of China, Katedral di Eropa, kuil-kuil Maya dan banyak lagi.
Pada Tahun 1824 seorang tukang pasang bata dari Inggris, Joseph Aspdin, mengembangkan Portland Cement, nama itu diambil karena kesamaan warna yang mirip dengan batu dari Portland, Inggris. Hal ini merupakan awal dari perkembangan modern era bangunan beton dan mortar menggunakan semen menggantikan kapur sebagai pengikat utama. 

Semen Portland membutuhkan panas lebih dari 1.500C. semen akan cepat keras dan mejadi kuat dalam hitungan jam dibandingkan dengan kapur yang membutuhkan waktu berminggu-minggu.


Senin, 03 Juni 2013

HATI-HATI DENGAN DOKTER GADUNGAN DI RUMAH SAKIT





Berita ini menjadi Hot Isu di Kota Palu. Dengan adanya tulisan ini bisa memberikan peringatan serta pembelajaran bagi sistem keamanan serta peningkatan pengawasan serta orientasi perkenalan antara Dokter baru dengan Dokter dan Perawat yang telah lama bekerja dilingkungan Rumah Sakit.

Seorang Dokter Gadungan beraksi di salah satu Rumah Sakit di Kota Palu. Dan parahnya sang Dokter Gadungan ini sudah beraksi di Rumah Sakit tersebut selama 4 Hari lamanya. Oknum Dokter Gadungan itu berpenampilan layaknya Dokter wanita pada umumnya. Awalnya Perawat dan Dokter di Rumah Sakit tidak curiga dengan keberadaan Dokter Gadungan tersebut.

Yang membuat Dokter Gadungan ini ketahuan yaitu ada beberapa Standar Operasional yang harus dilakukan Dokter tidak dilakukannya. Saat berada didalam ruang Operasi dan mencuci tangan sampai sembarang mengutak-atik peralatan medis diruang Operasi, sampai dengan menulis resep Dokter yang tidak sesuai dengan kode-kode yang lazim dilakukan oleh sang Dokter.

Awalnya memang pihak Rumah Sakit membutuhkan tenaga Dokter untuk membantu Dokter umum yang sudah ada di Rumah Sakit dan oknum tersebut memasukkan lamaran yang melampirkan fotokopi Ijazah. Saat memperlihatkan Ijazah asli yang bersangkutan mengaku kalau Ijazahnya hilang. Kemudian melalui Komite Medik meminta Surat Tanda Registrasi (STR) yang merupakan persyaratan seorang Dokter tapi yang bersangkutan mengaku masih dalam tahap proses pengurusan. Sehingga Komite Medik Rumah Sakit menyuruh untuk melengkapi dan belum bisa bekerja di Rumah Sakit. Namun, yang bersangkutan tetap saja ke Rumah Sakit dan sudah sekitar 4 Hari ikut mendampingi Dokter umum di Rumah Sakit.

Baca Selengkapnya...