K@tegori

Sabtu, 16 Januari 2010

Gerhana Matahari di Indonesia dan Mitosnya


1. Gerhana Matahari di indonesia
Fenomena alam gerhana matahari akan kembali mampir di Indonesia, Jumat (15/1/2010) Rata Penuhbesok. Gerhana ini bisa dinikmati warga Jakarta pukul 14.33-16.00 WIB. Siapkan peralatan jika ingin melihatnya!

Menurut Profesor Riset Astronomi Lapan Bandung Thomas Jamaludin, gerhana matahari cincin hanya melewati Afrika Tengah, India Selatan, Myanmar dan China. Daerah lain termasuk Indonesia hanya mendapat gerhana matahari sebagian.

"Di Indonesia akan terlihat di Sumatera 10-60 persen, Jawa Barat dan Tengah 0-12 persen, Kalimantan 0-20 persen, Sulawesi 0-5 persen. Yang lain tidak kebagian," kata Thomas kepada detikcom, Kamis (14/1/2010).

Lama gerhana diperkirakan sekitar 2 jam, mulai pukul 14.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Nah, untuk mereka yang tinggal di Jakarta, gerhana akan terjadi pukul 14.33-16.00 WIB dengan kegelapan hanya 11 persen. Di Bandung, gerhana terjadi pukul 14.39-15.55 WIB dengan kegelapan 8 persen.

"Kalau tidak tertutup mendung atau hujan, nanti bisa terlihat," jelas Thomas.

Menurut dia, gerhana ini bisa lebih leluasa dinikmati di Sumatera karena lebih dekat ke jalur gerhana cincin. Lhokseumawe akan mendapat gerhana 53,7 persen pada pukul 13.45-16.44 WIB, Medan akan mendapatkan gerhana 47,1 persen pada pukul 13.50-16.40 WIB, sedangkan Padang mendapatkan gerhana dengan kegelapan 34,1 persen pada pukul 13.57-16.27 WIB.

Jika anda ingin melihat gerhana, jangan lupa memakai kaca mata hitam untuk keamanan mata. Gerhana matahari juga bisa dilihat dengan plastik film, atau klise foto bekas.


"Bisa juga melubangi kertas dengan jarum. Sorot matahari yang lewat lubang jarum bisa direfleksikan ke tanah, kertas atau media lain. Nanti gerhananya kelihatan di situ," pungkas Thomas.

2 Mitos Gerhana Matahari.
Para ahli nujum India memprediksikan, kekerasan dan kekacauan akan melanda seluruh dunia karena kepercayaan tahayul mereka sebagai akibat dari gerhana matahari total yang akan terjadi.

Tapi para astronom, ilmuan dan kaum sekuler berusaha mengecilkan klaim jahat itu karena mengaitkan peristiwa alam spektalar, saat bulan berada antara bumi dan matahari sehingga menghalangi sinar matahari, dengan kondisi dunia.


Dalam mitos Hindu, dua setan – Rahu dan Ketu — diyakini “menelan” matahari selama terjadinya gerhana. Wanita-wanita hamil disarankan tetap berada dalam rumah selama gerhana berlangsung untuk menghindari bayi mereka terlahir tak cacat. Doa-doa, puasa dan mandi ritual dianjur untuk dilakukan di sungai-sungai suci.


Dalam pemahaman Cina kuno juga sama. Mereka mengaitkan gerhana matahari dengan bencana, meninggalnya raja atau bakal terjadi peristiwa yang memilukan. Selain itu, orang percaya bahwa seekor naga langit membanjiri sungai dengan darah lalu menelannya. Sampai abad ke 19, orang China biasa membunyikan petasan untuk menakut-nakuti sang naga.

Mitos soal gerhana matahari bukan hanya milik India dan China.

Di tanah Jawa beredar mitos bahwa Raksasa Betara Kala atau Rahu menelan matahari karena dendamnya pada Sang Surya (matahari), menyebabkan terjadinya gerhana.

Sementara, suku Indian juga percaya bahwa seekor naga lah yang membuat gerhana bulan. Mereka lalu menyembah sang naga dengan berendam sampai sebatas leher.

Di negeri matahari terbit, Jepang, orang percaya bahwa waktu gerhana ada racun yang disebarkan ke bumi. Dan untuk menghindari air di bumi terkontaminasi racun, mereka menutupi sumur-sumur mereka.

Mitos gerhana juga menyebar ke Eropa. Dikabarkan, Raja Louis dari Perancis wafat setelah mengamati gerhana di tahun 840. Konon ia begitu bingung saat kegelapan selama 5 menit dan meninggal karena begitu takut.

Ada lagi cerita menarik soal gerhana matahari. Cerita ini melibatkan sang penemu Benua Amerika, Columbus.Seperti dimuat halaman Live Science, konon gerhana matahari lah yang menyelamatkan Columbus di Jamaica.

Saat itu, perbekalan pasukan Columbus makin menipis, penduduk lokal enggan membagi bahan makanan milik mereka.

Dengan berbekal almanak buatan Regiomontanus, Columbus mengetahu bahwa pada 29 Februari 1504 akan terjadi gerhana matahari total.

Kepada pemimpin lokal, dia mengatakan bahwa Tuhan marah pada masyarakat lokal karena mereka tak mau memberikan bahan makanan mereka. Caranya, dengan melenyapkan matahari.

Benar saja, matahari lenyap dari langit. Beberapa saat kemudian, matahari muncul dengan bentuknya yang mengerikan, merah seperti darah.

Penduduk asli pun ketakutan dan menganggap apa yang dikatakan Columbus terbukti. Dari segala arah, penduduk mendatangi kapal Columbus, menyembah-nyembah, dan mempersembahkan bahan makanan, dengan harapan Tuhan tak lagi marah dan mengembalikan kondisi bulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar